Wisata DIENG PLATEAU Dibalik Misteri Lembah Singgasana Para Dewa


Secara Etimologi, Dieng memiliki pengertian gabungan dari dua kata bahasa kawi yaitu "di" yang berarti "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). jika digabungkan, Dieng berarti Gunung tempat Dewa-dewa bersemayam
Berikut cerita saya selama berkunjung di Dieng


Selain terkenal karena keindahan alamnya, Dieng juga kaya akan Peninggalan Budaya . Selain itu, Dieng juga merupakan  penghasil sayuran. Tanaman seperti , Kentang, kubis, wortel, purwaceng Serta buah Carica  adalah komoditi utama,


Lalu dimana kesan mistisnya..? diantara kesan mistisnya adalah adanya Bocah Gimbal
Bagi kebanyakan orang, rambut gimbal adalah pilihan untuk mencerminkan gaya hidup. Tidak demikian dengan gimbal yang banyak ditemui pada anak-anak kecil di Dataran Tinggi Dieng. Sebagai tanah yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa, aura mistis dan berbagai mitos masih sangat kental terasa dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satunya yang paling menarik adalah fenomena anak gimbal ini. Anak gimbal Dieng terlahir normal, sama dengan anak-anak yang lainnya. Pada suatu fase, tiba-tiba rambut mereka berubah gimbal dengan sendirinya. Berbagai penelitian untuk menyelidiki penyebabnya secara ilmiah belum membuahkan hasil.
 Rambut gimbal tidak akan selamanya bersarang di kepala si anak gimbal. Melalui sebuah prosesi, rambut ini harus dipotong karena ada kepercayaan bahwa jika dibiarkan hingga remaja maka akan membawa musibah bagi si anak dan keluarganya. Prosesi pemotongan tidak boleh sembarangan. Anak gimbal sendiri yang menentukan waktunya. Jika dia belum meminta, maka gimbal akan terus tumbuh walaupun dipotong berkali-kali. Selain ritual-ritual yang harus dilakukan, sang orang tua juga harus memenuhi permintaan anaknya. Apapun permintaan mereka, seaneh dan sesulit apapun, harus disediakan pada saat prosesi pemotongan rambut. Ada-ada saja yang diinginkan oleh mereka. Dari yang wajar seperti sepeda atau sepasang ayam, yang aneh seperti sepeda motor dg merk Ini dan itu


Menurut Guide yang menemani kami, Setiap bulan  Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan prosesi ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Anak-anak gimbal dimandikan dengan air dari 7 mata air, diarak dan dilempari beras kuning dan uang koin, kemudian dipotong rambutnya oleh pemuka adat yang kemudian melarungnya di Telaga Warna. Namun beberapa orang memilih untuk melakukan prosesi dan acara sendiri. Ada rasa tidak tega melihat anaknya harus memakai ikat kepala putih dan selendang dari kain mori yang biasa digunakan untuk membungkus mayat. Apalagi prosesi pelemparan beras kuning dan uang koin juga biasa dilakukan untuk upacara pemakaman jenazah orang yang sudah meninggal.
 Di Lembah ini kami mengunjungi berbagai tempat yang menurut kami sangatlah wonderful semua
diantaranya adalah
- Berbagai Candi


Candi Dieng pertama kali diketemukan kembali pada tahun 1814. Ketika itu seorang tentara Inggris yang sedang berwisata ke daerah Dieng melihat sekumpulan candi yang terendam dalam genangan air telaga. Pada tahun 1856, Van Kinsbergen memimpin upaya pengeringan telaga tempat kumpulan candi tersebut berada. Upaya pembersihan dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864, dilanjutkan dengan pencatatan dan pengambilan gambar oleh Van Kinsbergen. 
Luas keseluruhan kompleks Candi Dieng mencapai sekitar 1.8 x 0.8 km2. Candi-candi di kawasan Candi Dieng terbagi dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang dinamakan berdasarkan nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata. Ketiga kelompok candi tersebut adalah 
1. Kelompok Arjuna
2. Kelompok Gatutkaca, 
3. Kelompok Dwarawati dan satu candi yang berdiri sendiri adalah Candi Bima.




 Setelah melihat beberapa candi kamipun menuju beberapa kios oleh2 khas Dieng, tapi disini saya belum punya keinginan untuk membeli oleh-oleh, karna perjalanan masih panjang, nanti malah kerepotan mbawanya, dikios ini hanya pingin minum minuman khas Dieng yang konon bisa menambah tenaga bahkan menurut kabar yang berkali-kali diucapkan oleh sang guide, minuman dari sari Purwaceng ini jg bisa menambah vitalitas dan tenaga kembali muda ( ciiiiahhh...mesti penasaran banget ni.....)
Purwaceng hanyalah salah satu jenis tumbuhan yang dulu banyak tumbuh liar di Dataran Tinggi Dieng. Apa yang istimewa? Tanaman ini sering diasosiasikan sebagai obat kuat pria atau Viagra van Java. Sangat menarik untuk membuktikan khasiatnya. " kalo di korea punya Gingseng di Dieng Punya Purwaceng Mas.... " itu kata penjualnya hehehehe....

Bagi penduduk Dieng, ramuan ini sudah tidak diragukan lagi khasiatnya. Konon purwaceng sudah mulai dikonsumsi sejak jaman kerajaan Hindu, namun masih terbatas di kalangan raja dan bangsawan saja. Seiring perkembangan jaman, rakyat biasa mulai diperbolehkan mengonsumsinya. Penduduk lokalpun mulai memburu tanaman liar yang tumbuh dimana-mana sepanjang Dataran Tinggi Dieng ini. Akibatnya purwaceng sempat menjadi tanaman langka yang terancam punah. Tidak ingin kehilangan asset tanaman berharganya, penduduk mulai membudidayakannya untuk keperluan komersil.
1 Gelas Kopi/Susu + Purwaceng kemarin saya beli senilai 5.000 rupiah
sedangkan 1 botol khusus ekstrak purwaceng dihargai Rp. 100.000 rupiah
sambil ngrayu ngrayu penjualnya saya beli 1 botol dapat bonus 2 sachet kopi purwaceng...( lumayan...)
sampean pingin njajal ga' bro....? hehehehe
Setelah minum minum purwaceng perjalanpun berlanjut dengan sasaran menuju Kawah
Dieng memiliki banyak kawah diantaranya adalah kawah
  • Candradimuka
  • Sibanteng
  • Siglagah
  • Sikendang
  • Sikidang
  • Sileri
  • Sinila
  • Timbang ,  namun yang pertama kami tuju adalah kawah Sikidang,
Kawah Sikidang , memasuki kompleks kawah ini. Sejauh mata memandang, hanya hamparan tanah tandus dikelilingi perbukitan dengan kolam yang terus menerus mengepulkan asap . Beberapa meter dari pintu masuk terdapat sebuah papan peringatan agar Anda berhati-hati dalam melangkah, serta larangan menyalakan api dan membuang puntung rokok.sebelum masuk ada sekelompok pemuda yang menghibur dengan musik dangdut yang dimainkan memakai Angklung, cukup membuat semangat memasuki area ini
 Disebut kawah sikidang karna kawah disini suka berpindah-pindah, seperti kidang suka meloncat loncat dari tempat yang satu ketempat lain


Bagi yang memiliki penyakit ashma atau yang berhubungan dengan penyakit-penyakit pernafasan dimohon memakai masker, karna bau belerang yang sangat kuat
 tampak juga disini penduduk dieng yang menjual hasil alam berupa belerang dan serbuk belerang yang katanya berfungsi untuk menghilangkan gatal gatal dan pegal pegal, tergantung kita betah apa ngga' dengan aroma belerang tersebut
Setelah puas dengan pemandangan Kawah sikidang kami melanjutkanperjalanan menuju Gedung Bioskop...( hahahaha...dipuncak gunung yang tinggi kok ada bioskopnya,..ternyata gak hanya di Mall doang khan..? )
iya gedung bioskop ini dinamakan Dieng Plateau Theater 

Dieng Plateau Theater   merupakan bioskop mini yang memutar film edukasi mengenai Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bangunan ini memiliki ruangan audio visual dengan daya tampung sekitar 100 orang. Film yang diputarkan merupakan film dokumenter yang menjelaskan sejarah dan kehidupan di Dataran Tinggi Dieng. Film yang diputar berjudul "Dieng Negeri Khayangan" atau God Abode
memiliki subtitle dalam Bahasa Inggris sehingga dapat pula dinikmati oleh wisatawan mancanegara. Film dokumenter berdurasikan 22an menit ini bercerita tentang asal-muasal terjadinya Dataran Tinggi Dieng yang berawal dari letusan gunung raksasa, kejadian geologi, seni dan budaya, obyek wisata, kehidupan sosial masyarakat Dieng, kejadian Kawah Sinila pada tahun 1979 yang menewaskan ratusan warga, sejarah rambut gimbal anak-anak Dieng, tradisi ruwatan anak gimbal, hingga fenomena embun salju yang turun pada musim kemarau atau biasa disebut "embun upas". Walaupun durasi filmnya relatif pendek, namum menyajikan informasi yang menarik dan edukatif.dan yang mengherankan lagi saat didalam gedung ini banyak suka yang tertidur, saya sendiri melihat kanan kiri saya lagi tidur....dalam benak saya, " wah kok pada tidur, gimana bisa tau cerita lengkapnya...?" eeee....lha dalah lha kok tiba tiba saya juga ikut ketiduran, hahahaha
setelah melihat pemutaran film tersebut rasa ngantuk dan sedikit lapar mulai menghinggap, dan tampak di sekitar DPT banyak terdapat warga yang menggelar lapak, Kentang goreng dan jamur krspy....hmmmm santap aja....
Perjalan dilanjut  menuju Telaga warna
Telaga warna merupakan telaga yang eksotis di dataran lembah dieng , telaga yang memiliki berbagai warna ini memiliki banyak cerita, namun sayang sejauh mata saya memandang telaga ini warnanya hanya hijau ke biru-biruan, saya sudah berusaha mengambil angel dari berbagai sudut tetap saja warnanya gak berubah

Berdasarkan cerita cerita teman yang suka mendaki gunung Ternyata ada trik untuk menikmati keindahan telaga ini. Di pintu belakang terdapat sebuah jalan setapak menanjak ke arah salah satu bukit  Jalan tanah ini sangat sempit, hanya cukup untuk dilewati satu orang saja. . Beberapa ratus meter mendaki, sampailah di puncak bukit dengan pemandangan yang akan membuat siapa saja terpesona. Di bawah sana, telaga warna terhampar indah dikelilingi oleh rimbunnya hutan. Air di pinggir telaga berwarna ungu cantik, bergradasi dengan warna hijau di tengah, dan hijau pucat di pusat telaga. Di ujung sebelah sana, sebuah padang rumput sempit memisahkannya dengan telaga jernih yang ternyata sering disebut Telaga Pengilon atau telaga yang bisa dipakai untuk berkaca.( sayang saya hanya punya waktu terbatas )

Disekitar telaga ini juga terdapat bermacam-macam goa
 
Diantaranya adalah 
goa semar
goa sumur
goa jaran
goa pengantin dan lainnya
setiap goapun mempunyai sejarah sendiri-sendiri, mungkin anda bisa browsing satu persatu di internet, karna sampai sini sang guide juga sudah kelihatan agak lelah, dan kami ga' tega bertanya tanya panjang lebar, hanya mendengarkan sekilas sekilas saja



Bersambung...............disini
( sampun ngantuk )




Related Posts:

0 Response to "Wisata DIENG PLATEAU Dibalik Misteri Lembah Singgasana Para Dewa"

Post a Comment